Si Coklat Yang Dihindari Siswa

Oleh: Putri Rahayu
Sabtu, 21 November 2015
Pembaharuan pendidikan di Indonesia salah satunya ialah perbaikan kurikulum. Dan  kurikulum 2013 yang sekarang sedang dilaksanakan, walaupun belum merata, menjadi pergantian kurikulum kesepuluh kalinya sepanjang sejarah. Semua pergantian kurikulum itu ialah upaya pemerintah untuk memperbaharui pendidikan di Indonesia. Salah satu tujuannyua ialah membentuk siswa yang berkarakter anak bangsa, kreatif dan inovatif. Dalam proses pembentukan karakter, pemerintah menekankan kegiatan Pramuka menjadi ekstrakulikuler wajib di setiap sekolah. Karena dengan dilaksankan kegiatan Pramuka, pemerintah berharap siswa dapat memebentuk kepribadian yang berakhlak, mandiri dan bertanggung jawab. Namun, kegiatan Pramuka ini jarang sekali ada peminatnya dan belum dapat terprogress dengan baik, terutama sekolah- sekolah swasta. Padahal kegiatan Pramuka ini sangat bermanfaat dan berpangaruh besaruntuk siswa dalam menjalankan kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 

Kegiatanya tidak menjadi rutinitas setiap hari, namun, masih saja ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan Pramuka. Mirisnya, kegiatan Pramuka ini dijadikan salah satu alasan siswa SLTP di daerah Bojonggede, Bogor, untuk bolos sekolah, “Iya bu, Saya males ikut Pramuka, makanya Saya enggak masuk sekolah” ujarnya, ketika kepergok guru kesiswaan di dalam warnet. Sungguh sangat miris sekali, siswa- siswa di Indonesia, untuk diajak berbuat baik demi kebaikan diri sendiri saja sudah tidak peduli, apalagi untuk bangsanya. 

Sebenarnya siapa yang harus kita salahkan? Pemerintahkah? Atau Guru- gurukah? 

“Sebenarnya kita sudah mengupayakan kegiatan Pramuka ini, tujuannya untuk membentuk karakter siswa. Namun, faktor yang utama dalam pembentukan karakter siswa ialah orang tua. Orang tua sekarang saja banyak yang memanjakan anaknya, untuk kegiatan pramuka saja, masih ada orang tua yang protes. Bagaimana anaknya tidak manja, jika orang tuanya saja memanjakan” ujar Ibu Ida Farida selaku guru SLTP di salah satu sekolah di Bojonggede, Bogor (21/11). 

Keluarga menjadi faktor utama dalam pemebentukan karakter anak, jika di lingkungan keluarganya saja pendidikanya sudah salah, maka akan berpengaruh pada sikap anaknya ketika di sekolah. Seharusnya, orang tua mendukung kegiatan Pramuka ini, karena kegiatan ini dapat memicu siswa untuk lebih giat belajar, berkreatifitas dan menjadi anak berkarakter bangsa. Namun, di era globalisasi yang semakin canggih, justru orang tua memfasilitaskan anaknya agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Padahal, cara itu dapat memengaruhi karakter dan kepribadian anak itu sendiri. 

Banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan dalam ekstrakulikuler Pramuka. Seperti Hiking, tali- temali, baris- berbaris, permainan, LDKS dan banyak lagi. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan solidaritas antar anggota, berpikir cepat, mandiri serta bertanggung jawab atas setiap tugas apapun. Namun, anak zaman sekarang hanya ingin semua yang  instan dan apabila mendapat rintangan, mencari amannya saja.

Ibu Ida Farida menghimbau “ Agar setiap orang tua mendidik anaknya dengan tidak memanjakan, karena akibatnya dapat memengaruhi sikap anaknya di sekolah”.Seharunya, upaya- upaya Pemerintah dapat terlaksana dengan baik. Baiknya pemerintah sendiri juga terjun langsung ke masyarakat, untuk mengimplamentasikan rencana- rencana pembaharuan pendidikan. Bukan hanya guru yang ditekankan untuk mendidik siswa agar menjadi anak bangsa yang berkarakter. Namun, Pemerintah sendiripun harus melatih dengan benar guru- guru di Indonesia. Bukan hanya pelatihan untuk melaksanakan kurikurum 2013 saja, namun kegiatan- kegiatan yang menjadi rencana didalamnya, juga harus dipelatihkan terlebih dahulu kepada gurunya, sebelum siswa mendapat pelatihan. Misalnya seperti kegiatan Pramuka, yang manjadi ektrakulikuler wajib di setiap sekolah. Karena, guru di sekolah juga menjadi orang tua kedua ketika anak tidak ada di rumah. Jangan mengandalkan pembina- pembina Pramuka saja, karena mereka tidak dapat mengawasi dan mendidik siswanya secara berkesinambungan, walaupun di sekolah, tetapi, gurulah. Terlebih, siswapun akan merasa lebih segan, apabila pelatih kegiatan pramuka, gurunya sendiri. 
mkunindra.com

Komentar

Postingan Populer