Untuk Ayah
tak ingin mengenal kembali tentang masa lalu
yang hanya mampu membuatku merasa terpuruk
disaat ketidak dewasaan menyalahkan keadaan
tanpa senyum dari seorang ayah
yang biasanya memberikanku bunga- bunga indah
ketika pagiku terbangun dari mimpi
aku memang bukanlah seorang wanita dewasa
yan masih selalu menangis, bila goresan pisaumu
menggoreskan luka,
namun bukan berarti aku tak mengerti
antara perkataan kerasnya kebenaran,
dengan perkataan lembut penuh kemunafikkan
aku ini masih seperti kepompong
yang hanya dapat menumpang pada sehelai daun
yang selalu menjadi pahlawan,
ketika aku harus berusaha menjadi kupu- kupu
dan tak ingin mengikuti arah angin
yang entah kemana akan mengajakku semakin bodoh
akan pergaulan
yang hanya mampu membuatku merasa terpuruk
disaat ketidak dewasaan menyalahkan keadaan
tanpa senyum dari seorang ayah
yang biasanya memberikanku bunga- bunga indah
ketika pagiku terbangun dari mimpi
aku memang bukanlah seorang wanita dewasa
yan masih selalu menangis, bila goresan pisaumu
menggoreskan luka,
namun bukan berarti aku tak mengerti
antara perkataan kerasnya kebenaran,
dengan perkataan lembut penuh kemunafikkan
aku ini masih seperti kepompong
yang hanya dapat menumpang pada sehelai daun
yang selalu menjadi pahlawan,
ketika aku harus berusaha menjadi kupu- kupu
dan tak ingin mengikuti arah angin
yang entah kemana akan mengajakku semakin bodoh
akan pergaulan
Komentar
Posting Komentar